Otomotif

Transportasi Sukabumi: Dari Bus Legendaris Pajampangan hingga Era Elf yang Kian Sepi

×

Transportasi Sukabumi: Dari Bus Legendaris Pajampangan hingga Era Elf yang Kian Sepi

Sebarkan artikel ini

CAKRAWALAJAMPANG – Perkembangan transportasi di Kabupaten Sukabumi terus mengalami dinamika seiring pembangunan infrastruktur jalan yang kian meluas dari tahun ke tahun. Berdasarkan data terkini, panjang total jalan di wilayah ini mencapai 2.669,356 kilometer. Panjang itu terdiri dari jalan nasional 213,051 kilometer, jalan provinsi 242,360 kilometer, jalan kabupaten 1.184,845 kilometer, serta jalan lainnya 1.029,10 kilometer.

Seiring dengan itu, pemerintah daerah juga membangun berbagai sarana pendukung seperti terminal. Data tahun 2023 mencatat terdapat 34 terminal di Kabupaten Sukabumi. Namun, hanya 18 terminal yang masih benar-benar berfungsi sebagai prasarana angkutan umum, terdiri atas 17 terminal tipe C dan 1 terminal tipe D yang tersebar di sejumlah kecamatan. 

Baca Juga: Camat Surade Terima Ansor Awards di Momen Hari Santri Nasional 2025

Transportasi di Sukabumi sendiri dilayani oleh berbagai jenis angkutan, mulai dari angkutan umum dalam trayek seperti AKAP (Antar Kota Antar Provinsi), AKDP (Antar Kota Dalam Provinsi), hingga angkutan pedesaan. Sementara itu, moda transportasi non-trayek seperti ojek berperan sebagai angkutan paratransit yang menopang mobilitas masyarakat di pelosok.

Namun, di tengah kemajuan transportasi modern, masyarakat di wilayah selatan Sukabumi—khususnya kawasan Pajampangan—masih menyimpan kisah panjang tentang kejayaan transportasi masa lalu.

Dari Bus Legendaris ke Jeep Jamrong

Sejarah mencatat, layanan bus di kawasan Pajampangan sudah hadir sejak 1938. Saat itu, sedikitnya terdapat lima armada bus yang melayani trayek Jampang–Sukabumi. Menariknya, empat dari lima pengemudi pertama merupakan warga keturunan Tionghoa—Lie Tjin Hok, Lim Hoen Kiong, Tan Eng Tiauw, dan Tjion Keng Sin—serta satu pengemudi pribumi bernama Iking asal Cikembar. Ongkos perjalanan kala itu tercatat sebesar 105½ sen atau setara satu gulden.

Memasuki tahun 1970-an, jenis kendaraan oplet Jeep mulai beroperasi di Surade dengan trayek Surade–Sukabumi. Kondisi jalan yang rusak membuat perjalanan bisa memakan waktu hingga 12 jam. Kendaraan kerap berhenti 4–5 kali untuk menambah air radiator, bahkan bila ban bocor, waktu tempuh bisa molor hingga dua jam karena tambal ban dilakukan secara manual menggunakan getah karet.

Kala itu, armada Jeep Willis dan oplet “jamrong”—mirip oplet Mandra dalam sinetron Si Doel Anak Sekolahan—menjadi andalan warga Pajampangan.

Era Keemasan Bus Pajampangan

Memasuki dekade 1980-an, angkutan bus mulai mendominasi jalur Surade–Sukabumi. Sejumlah perusahaan otobus (PO) bermunculan dan menghiasi jalanan selatan Sukabumi, di antaranya PO Warga Jaya, Persaudaraan, Sugih Jaya, DAMRI, Langgeng Jaya, Lana Jaya, Darma Usaha (DU) Triaffari, Nona, dan Kencana Buana.

Bus menjadi sarana transportasi utama masyarakat, mengingat pilihan angkutan lain nyaris belum ada. Namun, memasuki era 1990-an, banyak perusahaan bus mulai berguguran. Hanya beberapa yang bertahan, seperti Langgeng Jaya dan Lana Jaya.

Sekitar tahun 1990, PO Kita Motor sempat hadir dengan jumlah armada cukup besar, disusul oleh PO MGI yang membawa inovasi baru dengan membuka trayek Surade–Sukabumi–Bogor. Kehadiran MGI sempat menjadi angin segar, namun perlahan membuat sejumlah PO lama kehilangan pamor hingga akhirnya lenyap dari peredaran.

Baca Juga: Hari Santri Tingkat Kab. Sukabumi, H. Asep Japar ” Jadikan Momentum Kebangkitan Santri “

Bus Tinggal Kenangan, Elf Pun Meredup

Kini, bus besar sudah jarang terlihat melintasi jalur Pajampangan. Hanya armada DAMRI yang masih bertahan dengan trayek Surade–Sagaranten. Dominasi bus telah digantikan oleh minibus atau elf yang kini menjadi tulang punggung transportasi antarkecamatan.

Namun, di balik itu, para pengusaha dan sopir elf menghadapi tantangan baru. Penurunan jumlah penumpang membuat pendapatan mereka terus merosot. Terminal Surade yang dahulu ramai kini tampak lengang—seakan menjadi saksi bisu perubahan wajah transportasi di selatan Sukabumi.

Transportasi di Kabupaten Sukabumi terus bergerak mengikuti zaman, namun kenangan tentang deru mesin bus Pajampangan dan semangat para sopir legendaris tetap hidup dalam ingatan warga yang pernah merasakan masa-masa itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *