CAKRAWALAJAMPANG – Kasepuhan Cisungsang kembali menggelar tradisi tahunan Serentaun pada 22–29 September 2025. Acara adat yang berlangsung selama sepekan ini dihadiri masyarakat kasepuhan, tokoh adat, hingga tamu dari berbagai daerah.
Tradisi Serentaun merupakan kegiatan rutin yang telah diwariskan turun-temurun. Selain menjadi ajang syukuran atas hasil panen, kegiatan ini juga bertujuan mempererat silaturahmi antarwarga kasepuhan agar senantiasa berkumpul dan menjaga ikatan kekeluargaan.
Baca Juga: Duta Wisata Kecamatan Cisolok Tembus Grand Final Pemilihan Duta Wisata“Makna dari Serentaun ini adalah untuk mengikat atau menyatukan keturunan, supaya tidak berpisah sampai akhir zaman,” ungkap Bah Deden atau Ki Jucung, sesepuh Kasepuhan Cisungsang, saat ditemui di sela-sela acara.
Tak hanya itu, Serentaun juga mengandung pesan toleransi antarumat beragama. Masyarakat Kasepuhan Cisungsang menekankan bahwa tradisi ini harus menjadi pengikat semua umat tanpa memandang agama.
Baca Juga: 29 September, Hari Sarjana Nasional: Menghargai Peran Pendidikan Tinggi untuk Bangsa“Baik Muslim, Hindu, Budha, Kristen maupun Katolik, semua harus berada dalam satu ikatan persaudaraan,” tambah Ki Jucung.

Rangkaian acara Serentaun semakin semarak dengan penampilan seni tradisional khas Banten. Atraksi pencak silat dan debus yang dibawakan Padepokan Panglawungan, asuhan Abah Fery, pengurus Paguyuban Jampang Tandang Makalangan (JTM), berhasil memikat perhatian pengunjung, sekaligus menjadi bukti bahwa nilai budaya dan tradisi masih terjaga kuat di tengah masyarakat kasepuhan.
Dengan semangat kebersamaan dan persatuan, Serentaun Cisungsang tidak hanya menjadi ritual adat, tetapi juga momentum mempererat hubungan sosial, lintas keturunan, dan lintas agama, demi menjaga warisan leluhur agar tetap lestari sepanjang masa.