CAKRAWALAJAMPANG – Tidak diketahui secara pasti siapa yang pertama kali menciptakan kudapan sederhana berbahan singkong yang direbus dalam nira kelapa, kemudian disajikan dalam keadaan hangat untuk dinikmati.
Di kalangan masyarakat Pajampangan, Sukabumi, camilan ini dikenal dengan nama Kayamang Sampeu. Nama “kayamang” diyakini berasal dari kata “ngayamang” atau “ngambang”, yang berarti terapung. Penamaan ini kemungkinan terinspirasi dari proses pengolahannya, di mana potongan singkong selalu mengambang di permukaan rebusan nira, sehingga dijuluki demikian.
Konsumsi kudapan ini tidak terikat pada jadwal khusus atau acara ritual, seperti upacara adat. Ia bisa dinikmati kapan pun dan di mana saja, asalkan bahan utamanya tersedia.
Baca Juga: Corps Putri Assalam Siap Bertanding di Piala Raja Hamengku Buwono 2025Tradisi menyantap kayamang singkong menjadi rutinitas bagi para penyadap gula kelapa di wilayah Sukabumi Selatan, khususnya Pajampangan. Sebagai pengisi perut sementara, para penyadap sering mengolah singkong menjadi camilan ringan, yang mereka nikmati sambil menunggu proses perebusan gula kelapa selesai.
Proses pembuatannya memang tidak rumit. Singkong yang sudah dikupas kulitnya—tanpa perlu dipotong-potong—langsung dicelupkan ke dalam rebusan nira kelapa. Biarkan hingga nira mulai mengental, lalu angkat singkongnya. Tiriskan hingga sisa nira yang menempel mengering dengan sendirinya, dan kudapan pun siap disajikan.
Pengalaman menikmati kayamang memberikan sensasi istimewa: tekstur singkong yang empuk berpadu dengan lapisan manis renyah dari pati nira yang mengering. Inilah yang membuatnya begitu populer di kalangan warga Pajampangan.
Baca Juga: Pemprov Jabar Luncurkan Gerakan Donasi Harian untuk Kesejahteraan SosialRasa manis renyahnya sering membuat kayamang dijadikan pilihan sebagai takjil untuk berbuka puasa, meskipun berasal dari kuliner pinggiran. Dari segi rasa, kayamang mirip dengan colenak, tetapi perbedaannya terletak pada metode pengolahan yang lebih sederhana.
Dadang (43), seorang pengusaha muda asal Pajampangan, mengakui bahwa kayamang punya karakter rasa yang khas. Oleh karena itu, ia sering menyertakannya sebagai pendamping makanan sehari-hari.
“Banyak makanan modern yang praktis dan siap saji, tapi saya lebih suka kayamang. Harganya terjangkau tapi kualitasnya tak kalah,” ungkap Dadang.
Saat ini, kuliner sederhana seperti ini semakin merambah ke platform online melalui berbagai merek dagang. Hal ini menunjukkan bahwa camilan murah meriah ini telah diterima luas di masyarakat, melampaui citranya sebagai makanan kelas bawah.