CAKRAWALAJAMPANG – Perempuan berinisial SA (21) dan ZA (22) di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, menjadi korban dugaan pelecehan oleh kiai bernama Masturo Rohili atau MR (52). Adapun ZA merupakan anak angkat Masturo, sedangkan SA merupakan keponakan pelaku. Bahkan, SA mengaku sudah mengalami Pencabulan oleh Masturo sejak kelas 6 SD.
“Pertama kali aku disuruh kayak berhubungan intim, dipeluk, dicium, segalam macam. (Mulai dilecehkan hingga dicabuli) kelas 6 SD,” katanya dikutip dari siniar atau podcast di kanal YouTube Dr Richard Lee, Kamis (25/9/2025).
SA mengatakan, meski berstatus sebagai keponakan pelaku, dirinya sempat tinggal di kediaman Masturo saat masih kecil. Pasalnya, istri Masturo tinggal sendiri di rumah karena ZA harus menuntut ilmu di pondok pesantren (ponpes).
Baca Juga: Motor Serempet Jalur Tikungan, Pick Up di Ciemas Terguling, Tiga Orang Jadi Korban“Karena pas kelas 6 SD, ZA kelas 1 SMP, aku disuruh ibunya ZA karena ZA kan pesantren, jadi aku disuruh nemenin karena istrinya sendirian di rumah dan takut,” ujarnya. Padahal, sambung SA, kebiasaan tersebut biasa dilakukan oleh istri pelaku.
“Akhirnya dia berhenti di tengah jalan, dia bilang katanya kemaluannya gatal. Akhirnya saya disuruh pegang kemaluannya,” ujarnya. SA pun mengatakan ketika itu belum mengetahui apa yang dilakkan Masturo terhadapnya masuk sebagai pelecehan seksual. Bahkan, dia sempat berpikir apa yang dialaminya adalah hal biasa.
Tak sampai di situ, pelecehan yang dilakukan Masturo terhadap SA turut dilakukan di rumah meski ada istri pelaku. Ketika itu, modus Masturo yakni mengajak SA untuk pergi ke rumah nenek. Namun ternyata korban justru diajak ke kamar pelaku dan berujung Pencabulan.
“Di situ dia baru melakukan persetubuhan ke aku,” ujar SA.
Akibat Pencabulan tersebut, alat vital SA mengalami pendarahan pada keesokan harinya. Mulanya, SA menduga pendarahan di alat vitalnya karena dirinya tengah menstruasi pertama. Namun ternyata hal tersebut akibat tindakan bejat yang dilakukan oleh Masturo sebelumnya.
“Di situ jujur aku merasakan sakit banget (di alat vital) karena memang mau jalan pun sakit banget. Sampai pada pagi harinya, ada pendarahan tapi tuh nggak full dua hari gitu.”
“Terus aku tanya ke teman aku, ‘kalau mens tuh berapa hari sih?’ kalau aku (teman SA) seminggu. Kok aku cuma dua hari, ya? Ternyata aku memang nggak mens,” kata SA. SA mengaku terakhir kali dicabuli oleh Masturo pada bulan Ramadan 2025.
Sementara, ZA turut dilecehkan oleh Masturo dengan modus memintanya mengirimkan video ketika tengah mandi dan diiming-imingi sejumlah uang. Dia mengaku hal tersebut dialami olehnya ketika berkuliah.
“Setiap dia minta video aku lagi mandi, setiap setelah mengirim transferan uang, dia selalu bilang ‘ayah, kirim transfer uang tanpa kamu minta, kamu nggak kirim ayah video, masa harus ayah minta,” cerita ZA.
ZA mengaku sudah dilecehkan dan dicabuli Masturo sejak kelas 2 SMP. Adapun momen memilukan tersebut pertama kali dialaminya ketika pulang ke rumah dari ponpes.
“Terus sampai 2 SMP, dia ngelakuin hal kayak gitu waktu saya tidur. Buka baju aku dan melakukan persetubuhan juga di situ,” cerita ZA.
Alasan Korban Tak Beritahu Siapapun: Tidak Pernah Dipercaya Keluarga Pelaku
Pada kesempatan yang sama, pendamping korban, Wulan Mustika, menyebut alasan SA maupun ZA tidak pernah melaporkan tindakan biadab Masturo ke keluarga pelaku.
Baca Juga: Mengenang G30S PKI, Ketua JTM: Generasi Muda Harus Belajar dari SejarahMenurut Wulan, cerita yang disampaikan SA dan ZA saat masih kecil tidak pernah dipercaya oleh keluarga besar pelaku. Dia menduga penyebabnya karena Masturo merupakan anak yang paling tua serta orang berpengaruh karena berstatus sebagai tokoh agama.
“Keluarga besarnya itu setiap kali mereka ada masalah, itu tidak pernah dipercaya. Apalagi Kiai Masruro ini, dia tuh anak pertama dan paling dipercaya, punya nama besar, relasinya banyak. Jadi sekeluarga ini ya percayanya sama Masturo ini terus,” jelas Wulan. Sementara, SA juga mengaku sempat ingin memberitahu tingkah bejat Masturo ke istri tetapi takut lantaran pelaku memiliki sifat tempramental.
“Terus waktu dia melakukan berulang kali, sempat mau ngomong ke (istri pelaku). Namun karena melihat perilaku ke istrinya yang kasar, jadi aku sempat takut apa aku kalau ngomong akan jadi masalah dan akan ditampar juga,” ujar SA.